“Apa yang dilihat peserta didik dari gurunya, itulah ilmu yang didapatnya dan apa yang dilakukan peserta didik, itulah pendidikan yang diterimanya”

Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan merupakan estafet kaderisasi sebuah kebudayaan dan tranformasi keilmuan, maka sepatutnya pendidikan mampu menghantarkan peserta didik mengenal dirinya, ilmunya, lingkungan, agama dan Tuhannya. Hal ini agar output pendidikan benar-benar mampu membuat manusia semakin berbudaya dan berilmu, karena salah satu indikator keberhasilan pendidikan adalah perubahan budaya dan keilmuan peserta didik itu sendiri. Jika pendidikan belum mampu menghantarkan perubahan budaya dan keilmuan peserta didik, maka dapat dikata pendidikan itu belum berhasil.
Secara umum budaya dapat diartikan sebagai sebuah aktifitas, kebiasaan dan sikap-perilaku individu yang dilakukan berulang yang menjadi citra diri seorang individu. Kebiasaan individu yang menjadi citra itu disebut sebagai budaya diri seseorang. Budaya satu individu dengan individu lain memiliki perbedaan. Perbedaan itu disebabkan karena kebiasaan yang membangun citra diri individu itu berbeda-beda. Budaya satu individu dengan individu lain yang berkumpul menjadi satu dalam sebuah sistem tatanan hidup sosial akan membentuk sebuah kebudayaan dan sebuah kebudayaan suatu masyarakat atau kelompok ditentutkan dari budaya masing-masing individu dalam masyarakat atau kelompok tersebut. Dalam pendidikan, kebudayaan satu institusi pendidikan dengan institusi pendidikan lain memiliki perbedaan, dan perbedaan kebudayaan itu disebabkan oleh budaya individu-individu yang berada dalam satuan pendidikan tersebut. Tak terlepas dari budaya pimpinannya, kepala sekolah, guru, karyawan dan seluruh stakeholder lembaga pendidikan tersebut. Peserta didik sebagai subject pendidikan yang menerima estafet sebuah kebudayaan dan tranformasi keilmuan dari sebuah lembaga pendidikan tersebut ditentukan dari budaya dan keilmuan seluruh stakeholder dalam lembaga pendidikan itu. Dari hal inilah mengapa kualitas budaya dan keilmuan peserta didik satu lembaga pendidikan dengan lembaga pendidikan lainnya berbeda-beda, karena faktor gen budaya dan keilmuan yang diterima dari kebudayaan dan keilmuan lembaga pendidikan tempat mereka mengampu ilmu, berbeda. Dan alumni sebagai eks peserta didik dari sebuah lembaga pendidikan menjadi cerminan dari sebuah almamaternya.
Alumni dan kiprahnya di masyarakat bisa dijadikan salah satu barometer, cerminan keberhasilan pendidikan suatu lembaga pendidikan. Jika baik dan bermutu alumninya, bisa dikata almamaternya baik. Namun sebaliknya, jika peran serta dan kiprah alumninya di masyarakat dan lingkungan mereka hidup tidak baik, bisa dikata almamaternya pun demikian. Sebagai sebuah lembaga pendidikan, hal tersebut di atas sepatutnya menjadi bahan evaluasi dan perenungan lembaga atas apa yang sudah dilakukan terhadap para peserta didiknya. Apakah layanan pendidikan yang diberikan sudah baik dan sesuai aturan atau sebaliknya masih syarat dengan ketidakbaikkan dan ketidakejujuran.
Pendidikan tidak bisa dilakukan secara main-main apalagi menyampingkan nilai-nilai luhurnya. Mengabaikan layanan pendidikan peserta didik sebagai subject pendidikan dengan mengabaikan  nilai-nilai kebaikan pada peserta didik merupakan tindakan yang tidak sepatutnya dilakukan. Yang dimaksud dengan mengabaikan layanan pendidikan dengan mengabaikan nilai-nilai kebaikan pada peserta didik adalah dengan membiarkan peserta dalam ketidak-tahuannya, membiarkan peserta didik dalam ketidak-patuhannya, dan membiarkan peserta didik dalam kebodohannya. Lembaga pendidikan sebagai media pelaksana pendidikan harus mampu mendorong, membawa, dan menghantarkan peserta didik pada tatanan hidup yang lebih baik dan lebih berbudaya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan komitment bersama merubah kebudayaan-kebudayaan yang terjadi dalam lembaga pendidikan. Jika tidak ada komitment membentuk kebudayaan yang baik dalam sebuah lembaga pendidikan, maka akan sulit membentuk peserta didik yang juga baik, karena pendidikan yang diterima peserta didik adalah dari kebudayaan yang berkembang dalam satuan pendidikan itu sendiri. Children see, Children do. Apa yang dilihat peserta didik dari gurunya, itulah ilmu yang didapatnya dan apa yang dilakukan peserta didik, itulah pendidikan yang diterimanya. Jika para stakeholder pendidikan tidak mampu menciptakan budaya akademik, maka demikian akan sulit menumbuhkan budaya akademik pada peserta didik. Jika para stakeholder pendidikan tidak mampu menciptakan budaya sopan-santun dan perilaku baik, maka demikian akan sulit menumbuhkan peserta didik yang berkarakter.
Sehingga dengan demikian pendidikan menjadi sangat penting untuk dirumuskan dan dilaksanakan secara baik, agar output pendidikan pun sesuai dengan tujuan utama pendidikan itu sendiri, yaitu perubahan budaya dan keilmuan. Semoga lembaga-lembaga pendidikan yang ada dapat mampu mengemban amanat dan tanggung jawab pendidikan. Amiin.
***
Semoga tulisan ini menjadi bahan diskusi para pengampu pendidikan, utamanya Pondok Pesantren Al-Mubarok yang Esok (Kamis, 05 Mei 2016) akan melahirkan satu alumninya lagi yang ke-10. Semoga semakin banyak melahirkan alumninya, semakin baik mutu pendidikannya.
Amiin

Surabaya, 04 Mei 2016

Labels: ,

Posting Komentar

Author Name

{picture#https://photos.google.com/photo/AF1QipPhwXqnQPZt7roDvDRN1IYTUDAUIbcEWi69thWv} Selamat Datang dan Selamat Membaca di Suhe's Blog. Blog ini saya buat sebagai tempat belajar dan berbagi. Karena kewajiban seorang muslim adalah untuk terus belajar, dan seorang muslim terbaik adalah yang bermanfaat bagi sesamanya. Semoga memberi manfaat :) {facebook#https://www.facebook.com/akhi.suhe} {twitter#https://twitter.com/suhe_20} {google#https://plus.google.com/u/0/115152556635352635251}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.