“……Banyak orang beragama, tapi tidak mengenal Tuhannya.”

Pernakah pada satu waktu kita merasakan kesempitan hidup?, pernakah kita suatu saat mendapatkan ujian atau bahkan cobaan dalam hidup?, hal, peristiwa atau kejadian-kejadian yang membuat diri ini lemah, putus asa bahkan menyalahkan Tuhan seolah Tuhan tak adil dan sebagainya?. Jika pernah, bersyukurlah! Ya bersyukurlah, itu adalah bagian dari cara Tuhan mengenalkan diri-Nya. Ada banyak cara Tuhan mengenalkan dzat-Nya pada makhluk ciptaan-Nya. Alam semesta, bumi, langit, gunung, laut, hewan, tumbuhan dan seluruh isi dunia bahkan peristiwa hidup ummat manusia ini adalah beberapa dari sekian banyak cara Tuhan mengenalkan diri-Nya pada makhluknya. Hanya saja, sering kita tak mengenal atau bahkan tidak mau mengenalinya. Maka bersyukurlah saat hidup terasa sempit, beban hidup terasa berat, bisa jadi itu bagian dari cara Tuhan mengenalkan dirinya pada diri kita. Tuhan terlalu sayang pada kita ketika hidup mulai jauh dari-Nya. Sambutlah Ia sebagaimana kita menyambut kehadiran orang-orang penting dalam hidup kita, karena tidak ada ujian hidup manusia yang melebihi kapasitasnya, demikian Tuhan sudah banyak menyampaikan dalam kalam-Nya. Tuhan hanya ingin kita mengenali-Nya sebagai Tuhan. Hidup menghamba hanya pada-Nya. Tidak ada Tuhan selain Dia pemilik hidup dan kehidupan ini, dzat yang memiliki kuasa atas segala pristiwa dunia ini, Rabb pemberi rizki setiap ummat. Bersyukurlah!, karena bisa jadi kita baru mengenal Tuhan saat hidup mulai sempit, saat beban hidup menjadi berat, dan saat tak ada lagi tempat menggantungkan hidup.
Tidakkah sering kita mendengar atau bahkan mengalami peristiwa hidup ini yang diluar nalar dan kemampuan kita sebagai manusia. Hal yang sepertinya tidak mungkin yang pada akhirnya terjadi, hal yang sepertinya berat, pada akhirnya menjadi ringan. Anak yang tidak memiliki ayah dan hidup hanya dengan seorang ibu dan hidup dibawah garis kemiskinan bukan lagi menjadi mustahil mendapatkan pendidikan sampai pada perguruan tinggi jika Allah sudah berkehendak. Seorang anak yang hidup sebagai tuna netra bukan lagi menjadi mustahil menjadi para hafidz qur’an. Ada banyak cara Tuhan hadir dihati setiap mu’min, mengenalkan diri-Nya, dan mengenalkan dzat-Nya. Sambut Ia, peluk ia dengan dekapan iman yang kita miliki. Semoga kita menjadi bagian dari hamba-Nya yang beriman, menjadi hamba yang mengenal hakikat Tuhan-nya. Amiin.
***
Kesibukan duniawi telah memaksa kita untuk hidup sangat sibuk dengan berbagai aktifitasnya, bahkan kesibukan itu telah membuat kita tidak punya waktu untuk membaca diri, merefleksikan pada diri sendiri, apakah diri kita sudah mengenal, dan merasakan hakikat keberadaan Tuhan dalam hidup kita, karena ada banyak orang yang beragama, namun ia tidak mengenal Tuhannya. Adakah hal itu terjadi pada diri kita?, hidup beragama namun gersang dari nilai-nilai ajarannya, hidup beragama namun sedikit waktu bersama dengan Tuhan, dan hidup beragama namun tidak patuh pada perintah dan larangan Tuhannya. Jika hal itu terjadi, saya mengajak pada saudara untuk berpikir dan memikirkan hidup ini, adakah hidup ini yang tercipta, terjadi tanpa kuasa-Nya?, adakah pertolongan selain pertolongan-Nya?, adakah rizki yang kita nikmati selain rizki-Nya?, lantas kemudian kenapa diri ini enggan menjalankan nilai-nilai ajaran-Nya, tak punya banyak waktu dengan-Nya, bahkan sampai berani membangkang pada-Nya.
Kesibukan dunia telah membawa kita pada kegersangan hidup beragama, kesibukan dunia telah melalaikan kita punya Tuhan, kesibukan dunia telah menghantarkan kita menjadi ummat yang membangkang. Seperangkat indra yang Tuhan titipkan pun seolah tak berguna. Akal, pikiran, juga hati yang Tuhan berikan seolah tak berfungsi. Bagaimana tidak, semua fasilitas hidup yang sudah Tuhan berikan pun tidak menjadikan kita kemudian menjadi hamba terbaik-Nya. Apakah hati ini sudah “berkarat” sehingga tak mampu menerima nuur-Nya?, apakah pikiran ini sudah tertutup sehingga tidak lagi bisa menerima kebenaran?, apakah naluri ini sudah sirna sehingga menabrak semua cara kebathilan?. Sejauh itukah kondisi kita saat ini sehingga gersang sekali nampaknya hidup beragama. Susah menerima kebenaran dan enggan menjalankan kewajibannya. Ruh ibadah hilang, pengabdian pada Tuhan menjadi ceremonial yang tidak menyentuh dasar hati. Jika demikian adanya, hendak dibawa kemana kehidupan ini. Bukankah muara kehidupan ini adalah akhirat?.
Serangkain pertanyaan di atas mungkin saja mudah dijawab dengan lisan. Namun tidak dengan hati yang bersih. Hati yang bersih akan menangisi keadaan demikian, karena ia sudah tidak mengenal lagi Tuhannya. Hati yang jernih akan memilih untuk kembali pada-Nya, mengenal dzat-dzat keberadaan-Nya dan hidup berdamai dengan-Nya. Sebagaimana judul bab ini di atas, banyak cara Tuhan mengenalkan diri-Nya pada hamba. Cara Tuhan mengenalkan diri tidaklah seperti manusia sebagai makhluk-Nya. Keberadaan alam raya dan seisinya dan segenap ketentuan-ketentuan-Nya adalah bagian dari cara Tuhan mengenalkan diri-Nya. Lebih dari itu, Tuhan itu dekat dengan hamba-Nya.
Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang-orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah-Ku) dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran (Qs. Al-Baqoroh: 186)
Dan sungguh, kami telah menciptakan manusia dan mengetahui yang dibisikan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya (Qs. Qaf: 16)
Dua ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa Tuhan (Allah) dekat dengan hamba-Nya. Maka jika diri ini tidak mampu mengenalinya, bisa jadi diri ini yang terlalu kotor, jauh dari-Nya sehingga kita tidak mampu mengenalinya sebagai Tuhan. Berat menjalankan ibadah dan ringan melakukan maksiat adalah bukti kita tidak mengenali Allah sebagai Tuhan. Sebab yang demikian, bisa jadi karena telinga , hati dan mata kita telah dikunci oleh Allah SWT (Qs.Al-Baqoroh:18). Sehingga kita tidak mampu merasakan keberadaan dan kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Akibat dari tidak beriman kepada-Nya lah yang membuat hidup kita terombang-ambing dalam kesesatan (Qs. Al-Baqoroh:13-15). Wallahu a’lam.
Labels: ,

Posting Komentar

Author Name

{picture#https://photos.google.com/photo/AF1QipPhwXqnQPZt7roDvDRN1IYTUDAUIbcEWi69thWv} Selamat Datang dan Selamat Membaca di Suhe's Blog. Blog ini saya buat sebagai tempat belajar dan berbagi. Karena kewajiban seorang muslim adalah untuk terus belajar, dan seorang muslim terbaik adalah yang bermanfaat bagi sesamanya. Semoga memberi manfaat :) {facebook#https://www.facebook.com/akhi.suhe} {twitter#https://twitter.com/suhe_20} {google#https://plus.google.com/u/0/115152556635352635251}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.