Kutulis notes ini dengan air mata kesyukuran, kebahagiaan dan keharuan yang mendalam. Notes ini ku persembahkan untuk ummiku tercinta yang cintanya melebihi luasnya samudra. Kasihnya lembut melebihi lembutnya sutra. Tak lupa rasa syukurku yang tak terhingga untuk Tuhanku yang maha Hidup, yang menghidupi segenap jiwa setiap insan, Allah ajjawajalla. Yang telah memberiku segalanya. Telah mempertemukanku dengan orang-orang yang tulus mencintai, menyayangi dan berbagi yang tak hanya saat suka.
Tak ada yang pantas, yang keluar dari mulut seorang hamba yang doif sepertiku ini, selain rasa syukur yang tulus dari relung hati yang tak bisa di ungkapkan dengan untaian indah kata bermakna. Pasalnya sudah banyak yang Allah berikan untukku, untuk kehidupanku dan untuk segenap jiwa ragaku.
Ummi, restu dan do’amu jualah yang telah menghantarkanku pada kehidupanku saat ini. Aku saat ini adalah buah kasih cintamu padaku yang tulus. Mencintai dan menyangiku dengan segenap jiwa ragamu. Hadir saat semua orang menghilang. Dan ada saat orang lain pergi. Kau temaniku tak hanya dalam suka. Duka, lirih dan perihku menjadi damai saat kau hadir dalam masa pahit kehidupanku.
Engkau besarkan raga yang kecil ini, hingga terus tumbuh membesar.
Engkau didik jiwa ini, hingga terus tumbuh subur menapak cakrawala.
Aku tak tau harus bagaimana mencurahkan kasih dan cintaku untukmu, terlalu besar cintamu untukku Ummi.
Aku tak tau harus bagaimana membuat raut wajahmu yang semakin menua itu tersenyum indah menatap diriku, Terlalu kecil cintaku untukmu Ummi.
Aku hanya bisa mengadu pada Tuhanku, Tuhanmu dan Tuhan kita semua. Semoga perjumpaan kita tak hanya saat di dunia. Akhirat menjadi tempat abadi kita mengadu dan berbagi kasih dengan Tuhan, Allah.
Cintamu tak bisa dilukiskan dengan apapun. | kasihmu tak bisa di gambarkan dengan siapapun.
***
Ummi,,,
Kini aku tumbuh berkembang menjadi sosok remaja. Tubuhku yang dulu kecilpun kini sudah membesar. Sebesar apapun upayaku dalam menapaki kehidupan, Ridho dan restumulah yang ikut menghantarkanku pada mimpi-mimpiku. Sudah cukup tauladanmu bagiku ummi.
Saat kau pertama mengemban amanah Tuhanmu…
Saat kau ikhlas membagi kasih dan cintamu….
Saat itulah ku belajar ketulusan darimu
Engkaulah cawan cinta yang tak habis kureguk,
Cinta sucimu tak bisa kubalas dengan sejuta baktiku kepadamu.
Engkau adalah harapan dari setiap helaan nafasku
Engkau ajariku arti getirnya hidup dan kehidupan padaku….
Cinta tulusmu membawa anak-anakmu menjadi generasi yang cerdas
Pengabdianmu menghantarkan putra-putramu ke pintu gerbang kebahagiaan.
Terima kasih kuucapkan padamu.
Terimalah kasih cinta suciku untukmu
Engkaulah inspirasike hidupanku.
***
wajahmu yang dulu cantik, kini mulai keriput.
rambutmu yang dulu hitam, kini mulai memutih.
langkahmu yang dulu tegak, kini mulai membungkuk.
Namun cinta tulusmu tak pernah lekang di makan waktu
Pengorbananmu menjadi saksi bisu kehidupan
Ketulusanmu akan membawamu pada pintu jannah-Nya.
Ummi….
Kau terbangun saat fajar mulai terbit.
Kau tunaikan ibadahmu sebelum kau mulai hari muliamu.
Pagi itu…. Ku terbesik saat ayat suci itu kau lantunkan
Terdengar jelas suara merdumu itu membaca kalam-Nya.
Ketika mentari belum tegak di atas kepala
Dengan semangatnya kau sambut imam dan anak-anakmu dengan senyum indahmu
Kau hidangkan makanan untuk mereka dengan ketulusan cintamu
Saat waktu dhuha itu tiba…
Kau bergegas menuju kamar kecil untuk mengambil sucinya air wudhu
Menghambur menuju sajadah suci tempat berpadu…
Berbalut kain putih bersih dengan bulir air wudhu yang belum sempat mengering….
Disana ibu bersama dengan segala ketawadhu’annya
Mulai bertuturan bibirnya memanjakkan bacaan sholat
Gerakan lembut yang meneduhkan …
Ritual dahsyat yang belum pernah aku temukan dalam peristiwa apapun
Sempataku bertanya padanya…
Mengapa begitu sangat mendamaikan
setiapaku memandangi ibu ketika sedang menghadap Allah
Binar mata ku membuat senyum ibu terlukis di pipinya…
Betapa agung desir yang berpilin di dasar hati
Ketika menyaksikan panorama keagungan di hadapanku saat itu
Tubuh ringkih dan kulit tak kencang yang menggelayut di parasnya kini
Tidak sedikitpun menjadi alasan lelah dan menunda-nunda pekerjaannya
Waktu yang terbuang percuma,
Sama halnya dengan menghapus benih-benih kebaikan tuk mencapai keberhasilan
Begitu kata ibu kala aku tengah lalai dan malas
Kini, Izinkaku persembahkan Piala Kecil ini untukmu UMMI. Biarlah ini menjadi kesan di akhir-akhir masa-masa kuliahku. Ini adalah Buah hasil dari doa dan perjuanganmu.| Ini tidaklah cukup untuk membalas apapun darimu.
Izinkanku untuk mengukir lebih banyak prestasi agar ku bisa mempersembhakan lebih banyak untukmu. Aku rindu senyum manismu ummi.| izinkan anakmu ini mengukir cawan cinta untuk kau kenang. Biarlah kebersamaan kita menjadi saksi kebahagiaanku memiliku Ummi sepertimu.
Izinkan kaki ini melangkah untuk sebuah mimpi dan cita-cita. Menggapai mardhotillah. Upayaku tak bisa wujudkan mimpiku, doaku tak bisa hantarkanku pada cita-citaku. Tapi do’amulah,Restu tuhan yang menghantarkanku pada sebuah IMPIANku dulu, Kini dan nanti.
Dream Courner, Serang 27 April 2013
Teruntuk Ummiku dari anakmu.
Posting Komentar