April 2016



Setiap yang bernyawa pasti menemui ajalnya, setiap yang bernafas pasti menemui masanya. Demikian Tuhan menakdirkan semuanya terjadi atas kehendak-Nya. Jika setiap perjumpaan akan ada perpisahan, jika setiap awal akan ada akhirnya, lalu kenapa kita masih angkuh dalam menjalani hidup ini. Sesungguhnya kematian ditampakkan sebagai bentuk pelajaran berharga bagi kita yang masih hidup. Kematian dipertontonkan kepada kita sebagai nasihat hidup yang berharga. Kematian menjadi jalan untuk kita mengingat bahwa kita adalah makhluk yg tak berdaya dan tak punya kuasa. Kematian juga menjadi nasihat bagi kita yang masih angkuh hidup di bumi-Nya, bahwa kita adalah insan yang sama sekali tidak memiliki kekuatan dihadapanNya, karena sekuat apapun kita pada akhirnya menemui ajalnya, karena seberkuasa apapun kita di dunia-Nya pada akhirnya menjumpai kematiannya dan karena sekaya apapun kita pada akhirnya tak ada satu pun yang kita bawa di hadapan Tuhan.
Kematian akan menjadi jalan kita berjumpa pemiliknya, Tuhan Allah SWT. Lalu bekal apa yang sudah kita persiapkan untuk menghadap-Nya?. Amal apa yang sudah kita lakukan untuk-Nya agar tatkala ditanya oleh-Nya ada alasan untuk kita mengaku sebagai hamba-Nya?. Sudahkah semua langkah hidup kita saat ini menjadi jembatan kita bertemu dengan-Nya di syurga-Nya, atau sebaliknya menjadi jalan bertemu dengan-Nya di nerakanya?.
Untuk kita yang masih angkuh berdiri di bumi-Nya, untuk kita yang masih belum mengenal Tuhannya, dan untuk kita yang masih belum punya banyak amal untuk menghadapNya. Masih adakah alasan yang membuat kita enggan memperbaiki diri, memanfaatkan sisa hidup untuk lebih mengenal-Nya dan menghabiskan sisa hidup untuk memperbanyak bekal menghadap-Nya. Agar kelak, saat Tuhan bertanya, tubuh kita tidak kaku dilekang oleh dosa. Agar kelak, saat kita dibangkitkan, amal baik kita menjadi teman yang setia menemani. Karena kematian tidaklah terjadi secara terencana, maka jalan terbaik menghadapinya adalah dengan mempersiapkannya secara baik dengan amal-amal terbaik kita.
Kehidupan dunia yang saat ini kita nikmati adalah sebuah kefanaan yang tak kekal dan abadi. Sedang akhirat sudah menjadi pasti keabadiannya. Maka mereka yang sibuk menyiapkan dunia yang sesaat, akan kehilangan moment berharga hidup dalam keabadian surga-Nya. Mereka yang sibuk dengan mengisi hidup dengan kenistaan diri, akan kehilangan “teman baik” saat dihisab dihadapan-Nya. Mereka yang masih bangga memperkaya diri pun pada akhirnya tak memiliki apa-apa saat kebajikan sedikit ia lakukan.
Untukmu yang masih angkuh, untukmu jiwa yang masih gersang, ada masa kita akan kembali, ada masa kita akan mengakhiri permainan dunia ini. Maka jangan terlalu fanatik dengannya, jangan terlalu riuh dibuatnya. Karena akan ada masa kita hidup dalam keabadian, ada masa kita hidup dalam genggaman-Nya yang kekal di syurga atau nerakanya.
Wallahu ‘alam.


Surabaya, 29 April 2016 





Entah berapa tahun Engkau izinkan diri ini hidup di dunia-Mu. Entah baik atau buruk perilaku ini, Engkau tetap cukupkan dengan segala kebutuhannya. Entah patuh atau membangkang, Engkau tetap terus memberikan karunia-Mu. Engkau sudah terlalu baik dalam memenuhi segala keinginan dan kebutuhan hidup ini. Namun Aku tidak mengerti atau bahkan tidak pernah mau mengerti kebaikan yang sudah Engkau berikan dalam hidup. Aku lebih sibuk dengan dunia ciptaan-Mu, Aku lebih sibuk mencari Tuhan lain selain Engkau. Aku lebih sibuk mencari kebahagiaan selain kebahagiaan yang sudah Engkau syariatkan, dan aku lebih sibuk membangun citra diri dari pada membangun hubungan lebih baik dengan-Mu, tapi saat semua kesibukan pencarian hidup itu tak mampu memenuhi segala bentuk harapan hidupku, aku juga lebih ringan mengalahkan-Mu dari pada membaca dari apa yang sudah aku lakukan.

Ah! Kotor sekali sepertinya hidup ini. Padahal aku terpandang-pun karena Engkau ijinkan itu masih bersemayam di diri ini. Aku dihargai orang pun karena Engkau masih menutupi semua aib kenistaan hidup ini. Lalu aku dengan bangga berjalan berlenggak lenggok di atas bumi-Mu. Menganggap semua terjadi karena capaian yang sudah aku lakukan sedang Engkau jarang ada di hatiku.
Padahal semua masalah dalam hidup ini, itu karena ulahku sendiri dan kebahagiaan serta keberhasilan hidup ini pun atas syariat-Mu. Engkau tidak pernah membuatku sengsara melebih kapasitasku sendiri, dan Engkau tidak memberikan ujian melainkan untuk meningkatkan kualitas diriku dan sebagai nasihat atas kelalaian perilaku yang sudah aku lakukan. Aku tau Engkau tidak ingin hamba-Nya hidup dalam kelalaianya, karenanya Engkau ciptakan alqur’an sebagai pedoman hidup hamba-Nya. Karenanya juga Engkau turunkan para nabi-Mu sebagai pembelajaran hamba-hamba-Nya. Namun aku jarang mempercayai semua itu dan memilih mencari tuhan-tuhan lain selain diri-Mu.

Ah! Nista sekali sepertinya hidup ini. Saat para hamba-Mu yang lain membangun kualitas diri di hadapan-Mu, aku memilih untuk membangun citra diri. Citra agar nampak apik di hadapan para hamba-Mu dan citra agar nampak berharga di hadapan para makhluk-Mu. Aku lebih suka penilaian dan penghargaan hamba-Mu dari pada ridho dan restu-Mu. Waktuku pun habis dimakan oleh strategi-strategi pencitraan, sedang amalku tidak nampak di hadapan-Mu. Saat hamba-Mu memanggil dan menyanjungku aku terpesona olehnya dan aku segera hadir memenuhi undangannya, namun saat Engkau memanggilku, aku lebih banyak memalingkan dan mengacuhkan-Mu. Jika pun aku hadir tak jarang Engkau temui aku di sisa-sisa waktu dan tenagaku. Sehingga aku pun jarang merasakan kehadiran-Mu. Al’qur’an-Mu pun lebih banyak menjadi pajangan dari pada diletakan di dalam hati. Aku bukan tidak ingin bersamanya, namun aku tidak punya banyak waktu untuk denganya. Pikirku ada yang lebih penting dari pada harus bersamanya apalagi harus menghafal bagian-bagiannya.

Ah! Bodoh sekali sepertinya hidup ini. Saat yang lain mempersiapkan bekal terbaik untuk menghadap-Mu. Aku justru lebih asyik menghabiskan bekalku untuk-Mu. Aku pun asyik hidup dengan tanpa amal sedang masa-Mu terus menghantarkanku pada-Mu. Tapi itu tidak lantas membuatku tersadarkan bahwa hidup ini memang ada masanya. Pikirku lebih ingin menikmati keindahan dunia-Mu sehingga tak sempat mempersiapkan bekal untuk-Mu.
***
Tuhan, Engkau tau Topeng diri ini sebenarnya. Sesibuk apapun aku menghias topeng ini, Engkau tau wajahku yang sebenarnya. Aku ingin sekali membuka dan melepaskan topeng yang menjadi tamengku selama ini, tapi aku terlalu takut menampakkan perisaiku di hadapan hamba-Mu. Wajahku tidaklah sebaik topengku. Topengku sudah berhasil aku buat sebaik dari wajah asliku Tuhan. Beri aku waktu memperindah wajahku agar aku berani tampil dengan wajah asliku dihadapan hamba-Mu, agar kelak aku buka nanti aku sudah tidak seburuk wajahku saat ini dan aku bisa hidup bersama-Mu.


Surabaya, 28 April 2016



Manusia konon diciptakan sebagai makluk sempurna dari makhluk Tuhan lainnya. Dikatakan sempurna katanya karena ia dberikan kemampuan-kemampuan yang tidak dimiliki makhluk Tuhan lainnya. Manusia diberikan Tuhan akal untuk berpikir, manusia diberikan hati oleh Tuhan untuk merasa, manusia diberikan kesempurnaan fisik untuk menjadi kholifah dan beribadah pada-Nya, dan katanya manusia diberikan nafsu oleh Tuhan untuk menguji kepatuhannya pada sang penciptanya.

Kesempurnaan manusia itu membuatnya menjadi makhluk terpilih untuk menjadi kholifah dimuka bumi ini. Diberikan mandat untuk memelihara dan merawat bumi dengan segala kebutuhan hidup yang sudah Tuhan berikan padanya. Suatu kehormatan bagi manusia dibanding makhluk Tuhan lainnya untuk mengemban amanat besar Tuhan-nya. Namun demikian, manusia sepertinya lupa bahwa ada amanat-amanat Tuhan kepadanya untuk memelihara dan hidup di muka bumi-Nya.

Manusia mungkin lupa bahwa ia tercipta oleh Tuhannya, sehingga ia jarang menumui-Nya di setiap waktu-Nya. Manusia juga mungkin lupa bahwa ia tercipta untuk menjadi kholifah, sehingga ia sering merusak tempat tinggal dan hidupnya. Manusia juga mungkin lupa bahwa ia tercipta dengan akal budi dan hatinya, sehingga ia tak banyak digunakan dari pada hawa-nafsunya.

Manusia mungkin lupa bahwa ia diciptakan sebagai makhluk sosial, sehingga ia acuh pada saudaranya. Manusia juga mungkin lupa bahwa setiap langkah dan amalnya akan menjadi catatan abadi Tuhan-nya, sehingga ia berbuat semaunya. Manusia juga mungkin lupa bahwa akan ada balasan dari setiap amal baiknya sehinnga ia tak begitu tertarik dengannya dan manusia mungkin lupa bahwa ia hidup di dunia-Nya yang tak kekal-abadi, sehingga ia nampak seperti hidup selamanya di dalam tipudayanya.

Ah! Mungkin manusia berpikir bahwa akan ada alasan pada Tuhannya jika ia tempatnya salah, hilaf dan dosa, sehingga dijadikan pembenaran untuk melakukan ketidak baikkannya berulang-ulang. Mungkin dasar itu pula yang ia gunakan untuk bertaubat dan mengulangi ketidak baikkannya pada Tuhan di kemudian hari.

Manusia mungkin lupa dengan dosa-dosanya sehingga ia hidup damai bak para malaikat-Nya. Manusia mungkin juga lupa jika ia tak punya banyak amal sebagai bekal menghadap pada Tuhan-nya, sehingga ia terus melalui hidupnya dengan kesia-siaan. Manusia mungkin berpikir bahwa ampunan Tuhan lebih besar dari segalanya sehingga ia meremehkan kedahsyatan siksaan Tuhan bagi para pembangkang-Nya.

Ah Dasar! Manusia memang pelupa! Lupa dengan segala janji hidupnya pada Tuhannya. Lupa dengan segala janji sebelum ia tercipta di dunia-Nya. Lupa dengan Tuhannya dan lupa dengan dirinya sendiri!

Ah! Sungguh aku tak mengeri dengannya. Aku juga lupa bahwa aku juga bagian darinya yang aku katakan pelupa!
***
Tuhan, jika Engkau melihatku dalam kelupaan, ingatkan aku segera untuk kembali pada-Mu.
Jika Engkau melihatku dalam lumuran dosa-Mu, Entaskan segera aku darinya.
Tuhan, sungguh aku tidak ingin dikatakan sebagai hamba-Mu yang pelupa.
Juga tak ingin disebut sebagai hamba-Mu yang membangkang

Selamatkan aku Tuhan dari tipu daya dunia-Mu.
Selamatkan aku dari tipu daya syaitan makhluk-Mu
Dekatkan aku dengan para malaikat dan rasul-Mu, agar aku bisa hidup bersamanya kekal di firdaus-Mu


Surabaya, 26 April 2016

Kutulis notes ini dengan air mata kesyukuran, kebahagiaan dan keharuan yang mendalam. Notes ini ku persembahkan untuk ummiku tercinta yang cintanya melebihi luasnya samudra. Kasihnya lembut melebihi lembutnya sutra. Tak lupa rasa syukurku yang tak terhingga untuk Tuhanku yang maha Hidup, yang menghidupi segenap jiwa setiap insan, Allah ajjawajalla. Yang telah memberiku segalanya. Telah mempertemukanku dengan orang-orang yang tulus mencintai, menyayangi dan berbagi yang tak hanya saat suka.  

Tak ada yang pantas, yang keluar dari mulut seorang hamba yang doif sepertiku ini, selain rasa syukur yang tulus dari relung hati yang tak bisa di ungkapkan dengan untaian indah kata bermakna. Pasalnya sudah banyak yang Allah berikan untukku, untuk kehidupanku dan untuk segenap jiwa ragaku.

Ummi, restu dan do’amu jualah yang telah menghantarkanku pada kehidupanku saat ini. Aku saat ini adalah buah kasih cintamu padaku yang tulus. Mencintai dan menyangiku dengan segenap jiwa ragamu. Hadir saat semua orang menghilang. Dan ada saat orang lain pergi. Kau temaniku tak hanya dalam suka. Duka, lirih dan perihku menjadi damai saat kau hadir dalam  masa pahit kehidupanku.

Engkau besarkan raga yang kecil ini, hingga terus tumbuh membesar.
Engkau didik jiwa ini, hingga terus tumbuh subur menapak cakrawala.

Aku tak tau harus bagaimana mencurahkan kasih dan cintaku untukmu, terlalu besar cintamu untukku Ummi.
Aku tak tau harus bagaimana membuat raut wajahmu yang semakin menua itu tersenyum indah menatap diriku, Terlalu kecil cintaku untukmu Ummi.

Aku hanya bisa mengadu pada Tuhanku, Tuhanmu dan Tuhan kita semua. Semoga perjumpaan kita tak hanya saat di dunia. Akhirat menjadi tempat abadi kita mengadu dan berbagi kasih dengan Tuhan, Allah.
Cintamu tak bisa dilukiskan dengan apapun. | kasihmu tak bisa di gambarkan dengan siapapun. 

***

Ummi,,,
Kini aku tumbuh berkembang menjadi sosok remaja. Tubuhku yang dulu kecilpun kini sudah membesar. Sebesar apapun upayaku dalam menapaki kehidupan, Ridho dan restumulah yang ikut menghantarkanku pada mimpi-mimpiku. Sudah cukup tauladanmu bagiku ummi.

Saat kau pertama mengemban amanah Tuhanmu…
Saat kau ikhlas membagi kasih dan cintamu….
Saat itulah ku belajar ketulusan darimu

Engkaulah cawan cinta yang tak habis kureguk,
Cinta sucimu tak bisa kubalas dengan sejuta baktiku kepadamu.

Engkau adalah harapan dari setiap helaan nafasku
Engkau ajariku arti getirnya hidup dan kehidupan padaku….

Cinta tulusmu membawa anak-anakmu menjadi generasi yang cerdas
Pengabdianmu menghantarkan putra-putramu ke pintu gerbang kebahagiaan.

Terima kasih kuucapkan padamu.
Terimalah kasih cinta suciku untukmu
Engkaulah inspirasike hidupanku.

***

wajahmu yang dulu cantik, kini mulai keriput.
rambutmu yang dulu hitam, kini mulai memutih.
langkahmu yang dulu tegak, kini mulai membungkuk.

Namun cinta tulusmu tak pernah lekang di makan waktu
Pengorbananmu menjadi saksi bisu kehidupan
Ketulusanmu akan membawamu pada pintu jannah-Nya.

Ummi….
Kau terbangun saat fajar mulai terbit.
Kau tunaikan ibadahmu sebelum kau mulai hari muliamu.
Pagi itu…. Ku terbesik saat ayat suci itu kau lantunkan
Terdengar jelas suara merdumu itu membaca kalam-Nya.

Ketika mentari belum tegak di atas kepala
Dengan semangatnya kau sambut imam dan anak-anakmu dengan senyum indahmu
Kau hidangkan makanan untuk mereka dengan ketulusan cintamu

Saat waktu dhuha itu tiba…
Kau bergegas menuju kamar kecil untuk mengambil sucinya air wudhu
Menghambur menuju sajadah suci tempat berpadu…
Berbalut kain putih bersih dengan bulir air wudhu yang belum sempat mengering….
Disana ibu  bersama dengan segala ketawadhu’annya
Mulai bertuturan bibirnya memanjakkan bacaan sholat 
Gerakan lembut yang meneduhkan …
Ritual dahsyat  yang belum pernah aku temukan dalam peristiwa apapun

Sempataku bertanya  padanya…
Mengapa begitu sangat mendamaikan
setiapaku memandangi ibu ketika sedang menghadap Allah

Binar mata ku membuat senyum ibu terlukis di pipinya…
Betapa agung desir yang berpilin di dasar hati
Ketika menyaksikan panorama keagungan di hadapanku saat itu

Tubuh ringkih dan kulit tak kencang yang menggelayut di parasnya kini
Tidak sedikitpun menjadi alasan lelah dan menunda-nunda pekerjaannya

Waktu yang terbuang percuma,
Sama halnya dengan menghapus  benih-benih kebaikan tuk mencapai  keberhasilan
Begitu kata ibu kala aku tengah lalai dan malas

Kini, Izinkaku persembahkan Piala Kecil ini untukmu UMMI. Biarlah ini menjadi kesan di akhir-akhir masa-masa kuliahku. Ini adalah Buah hasil dari doa dan perjuanganmu.|  Ini tidaklah cukup untuk membalas apapun darimu.  
Izinkanku untuk mengukir lebih banyak prestasi agar ku bisa mempersembhakan lebih banyak untukmu. Aku rindu senyum manismu ummi.| izinkan anakmu ini mengukir cawan cinta untuk kau kenang. Biarlah kebersamaan kita menjadi saksi kebahagiaanku memiliku Ummi sepertimu.

Izinkan kaki ini melangkah untuk sebuah mimpi dan cita-cita. Menggapai mardhotillah. Upayaku tak bisa wujudkan mimpiku, doaku tak bisa hantarkanku pada cita-citaku. Tapi do’amulah,Restu tuhan yang menghantarkanku pada sebuah IMPIANku dulu, Kini dan nanti.  

Dream Courner, Serang 27 April 2013
Teruntuk Ummiku dari anakmu.


Ketika rasa itu menghampiri.... perilaku tak seindah perangainya.| Tutur tak selembut maknannya.
Hampa.... hilang....!!! semua asa dalam diri, kenikmatan mulia tuhannya tak mampu membuat mata hatinya terbangun. | Noda dan nista dalam qolbu telah menutup fatamorgana kehidupan. | Hitam putihnya amal tak lagi tersandang dalam nuraninya. | Berlaku dan bertindak sesuai dengan nafsunya..!!

Ah.... Dasar memang, Manusia tak tau diri...!!! tak mengerti bahwa kelak Tuhan akan menjemputnya, bersanding disisi-Nya.

Tak mengerti, bahwa amalnya adalah teman abadinya yang menemani dalam kegelapan.
Sudahlah.....!!! taklagi ada artinya nafsumu itu. Amal, karya dan prestasi ilmumu yang akan membangun dan membesarkan namamu. Bukan nafsumu..!!!

***

Mana mungkin aku menjadi manusia terbaik disisi-Nya. Jika amalkupun tak pantas bersanding dengan-Nya.|mana mungkin aku menjadi manusia mulia dimata para insan, jika langkahku tak memberi manfaat. | mana mungkin aku menjadi insan cerdas, jika tingkahku masih bodoh dan kerdil. 

Yah.... MANA MUNGKIN...!!!
AKU MARAH....!!! AKUKESAL....!!! AKU GUNDAH DENGAN SEMUA INI...!!!

Anganku saja yang besar, Mimpiku saja yang membumi. Namun aksiku ciut..!! jangankan untuk melangkah, jangankan untuk bergerak..... berpikir OPTIMIS saja tak mampu..!!.
Pesimispun seolah menjadi jalan pembenaran. Menyalahkanpun seolah menjadi jalan terbaiknya. Sedang langkahnya terus tak bergerak.| mengadu seakan mendapat jawaban.| berdo’a seakan mendapat pertolongan... Sedang melangkah saja TIDAK..!!

Ayolah...!! hari sudah semakin siang...mentari sudah semakin hangat sinarnya, dan waktu terus  berputar.
Bangunkanlah jiwamu...jangan sampai kamu terbangun di saat rembulan kembali bercahaya,| jangan sampai kamu melangkah saat detak jarum jam terhenti.

***

Aku tak ingin terbangun saat rembulan bercahaya, hanya saja mata hatiku rentan silau oleh sinar mentari. | aku terbuai akan rasa tak yakin untuk bisa menembus bias gersang siang. Jadi langkahku lamban dan tak pasti. | aku tak pernah ingin mengakui jika aku sosok mandiri, jadi mengadu adalah jalan alternatifku.

Kamu tau bukan,,? Bahwa penyesalah akan meghampirimu di senjanya usiamu. Di gelapnya malammu dan diakhir usiamu Jika kamu tak melakukan yang terbaik hari ini..??
Ah...Sudah...!! aku bosan denganmu. | Nasihatkupun tak kau dengar. Petuahkupun tak kau hiraukan. Aku kasihan denganmu... mau dibawa masa emas kehidupanmu itu...??!!!

***

........ :( beri aku kesempatan untuk memperbaiki diri, belajar menjadi diri berkualitas. Agar saat ada dihormati dan disegani, dan saat tiada di kenang dan dirindukan.

Bukankah Tuhan sering memberimu kesempatan dan harapan....??!! pikirmu saja yang kerdil. Tak pandai bersyukur bahwa Tuhan sudah sering memberimu nikmat, Bahkan yang tidak kau mintapun Dia kasih, Bukan..?? kurang apa nikmat tuhan untukmu...?? bukankah Tuhanmu sering menanyakan padamau dalam Firman-Nya...

“ Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau Dustakan...?? “

Syukurnya dirimu tak sebanyak nikmat Tuhanmu.| Jadi sudahlah.... Bukan waktunya lagi kamu tertidur, menikmati zona nyamanmu dan meratapi dirimu.
kamu saat ini sudah terbentuk dengan perilakumu dimasa lalu.| yang saat ini bisa kamu lakukan adalah membentuk dirimu dimasa yang akan datang...!!
Jika kamu terus meratapi dirimu saat ini, ya ada justru waktumu yang akan habis terbuang sia-sia. Banyak waktu yang bergulir tak berguna. Sedang waktu terus berputak tak bisa dihentikan. Langkahmu akan semakin jauh tertinggal dengan orang-orang yang justru produktfi menggunakan waktunya.

*** 

Sekilas tak ada yang berbeda dari pagi itu. Semua terjadi apa adanya, Murid-murid dengan semangatnya mengikuti perlombaan. Guru-guru dengan setia menunggu anak didiknya sampai usai perlombaan. Yah,, memang tak ada yang beda dari pagi itu di sekolah tempat dilaksanakannya Olimpiade Tingkat Kota itu. Sekeliling mata ku memandang, ada yang membuat pendanganku terhenti. Melihat sesorang yang dengan tekun mengambil satu persatu dan mengumpulkan sampah-sampah yang mengotori setiap penjuru ruang sekolah. Selain sikapnya yang gigih yang menggugah hati dan pandangaku, namun postur tubuh dan besarnya pikulan yang ia bawa. Ia adalah sosok anak yang seharusnya juga ikut mengenyam pendidikan seperti anak-anak lainnya di sekolah, bahkan lebih dari itu, ia seharusnya mendapatkan perhatian, kasih sayang dari masa-masa indah kecilnya yang penuh warna. Yang membuat semakin tertegun adalah barang yang setia ia bawa dari satu tempat-ke tempat lainnya. Tubuhnya bahkan lebih kecil dari pikulan yang menggendong di pundaknya. ia kisaran anak seusia sekolah dasar yang harusnya menikmati masa keemasannya.

Ia dengan tekun mengambil satu persatu sampah di setiap penjuru halaman, rasa malu, lelah dan letih tak lagi menjadi penghalang untuk mengais rizki dari sampah-sampah yang ia ambil. selangkah demi selangkah ia terus berjalan di setiap sudut ruang sekolah. langkahnya terus tertuju pada sampah yang terjatuh atau tergeletak di halaman sekolah itu. pandangan orang-orang sekelilingnya tak lantas membuatnya malu untuk "memulung". Rasa Gigih, sikap dan Semangat Juang itu yang membuat hatiku terpukul. tercabik dan tersayat dari "Ibroh" yang Allah perlihatkan padaku pagi itu. Tak ada yang kebetulan dari setiap langkah ini. begitupun dengan langkahku pagi itu yang di pertontonkan perjuangan seorang anak kecil yang gigih, semangat, dan berjuang demi masa depannya yang lebih baik.

Astagfirullah,,, diriku yang begitu banyak diberikan waktu, kesempatan, dan kecukupan rizki. yang tak harus keras berjuang seperti itu. kesempurnaan fisik yang kuat, yang tak harus ku mengeluh lebih dari hidupku saat ini. aku masih menyia-nyiakan waktu dari setiap kesempatan hidup yang ada. masih menyia-nyiakan dari setiap rupiah yang dimiliki. Masih terlena dengan semua fasilitas dan kesempurnaan fisik yang ada. Seharusnya, diriku yang tak harus sekeras anak kecil itu berjuang, banyak karya dan prestasi yang diraih. banyak harta yang diinfaqkan di jalan-Nya. dan banyak waktu yang harusnya produktif. bukan justru mengisi hari-hari dengan hura-hura, bermain dan hal-hal yang tidak bermanfaat. menggunakan dengan baik dari rizki yang Allah berikan. Hari ini benar-benar menjadi pelajarn berharga untukku. dan mungkin untuk kita semua setelah sahabat baca tulisan ini. Anak itu benar-benar menjadi guru kehidupan sepanjang masa.

Sahabat,,, 
Selagi Allah masih memberikan kita kesempatan, selagi nafas ini masih dapat kita hirup, selagi matahari belum terbit dari barat. akan lebih indah jika kita gunakan waktu yang ada, dan kesempatan yang langka untuk memperbanyak ibadah yang masih sering kita tinggalkan, untuk memperbanyak amal kebajikan yang sering lupakan. Selagi Allah memberikan rizki yang cukup, akan lebih mulia jika kita memperbanyak amal jariyah, infaq dan sodaqoh, berbagi kebahagiaan pada orang-orang yang memang layak menerimanya. karena jika kesempatan tak lagi ada, umur tak lagi bersama, matahari terbit dari ufuk barat, dan rizki tak lagi mencukupi. semua harapan, kenginan dan niat mulia kita hanya akan menjadi sia-sia.
waktu ini sangat amat berharga, kesempatan ini amat sangat mulia dan hidup kita saat ini amat sangat disayangkan jika dipergunakan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. karena disisi lain masih ada orang-orang yang tidak seberuntung kita saat ini, yang harus lebih keras berjuang dalam menjalani hari-hari dimasa hidupnya, yang harus lebih keras mengais rizki dari Rizki-rizki Allah yang bertebaran dimuka bumi ini. Kesempatan ini, kesempurnaan fisik dan kecukupan rizki ini harusnya membuat diri kita menjadi insan-insan mulia yang membawa kebaikan, menjadi pribadi-pribadi yang penuh dengan karya dan prestasi dan pribadi-pribadi yang pandai bersyukur dari setiap nikmat yang Allah berikan.

***
Hidup sekali mulia, lalu mati masuk syurga... amiin :)


Adik-adikku 609
Sejarah telah mencatat perjalanan kebersamaan kita. | Pahit manis telah berlalu, terlewati dengan segala seleksanya. | Kinipun akhirnya kita harus dipisahkan oleh ruang dan waktu. walau mungkin kita dapat berkumpul bersua bersama, tapi sepertinya tak akan seperti sejarah yang pernah kita ukir dulu.


Masih ingat dalam ingatanku 3-6 Tahun yang lalu. | Langkah, tingkah dan lakumu yang masih serba lugu membuat aku akhirnya jatuh cinta. | Aku menyakini saat itu kalian adalah anak-anak yang baik, yang akan tumbuh berkembang menjadi anak-anak yang berbakti dan berbudi. | Saat itu pula Aku berjanji akan mengabdikan dan mendedikasikan diri ini untuk kalian | Sehingga pada akhirnya kita disatukan dalam sebuah ikatan ukhuwah. | Aku semakin yakin ketika aku melihat kebersamaan, kesatuan kalian dalam melangkah, | Saat itu aku semakin ingin belajar mengenal dan mencintai kalian lebih dalam, lebih dari sekedar Guru ke Murid, Aku belajar memposisikan diri sebagai orang tua, kaka bahkan sahabat kalian semua. | 


Adik-adikku Generasi Mujahid.
Sekeras apapun aku menyembunyikan rasa kehilangan ini, pada akhirnya air mata ini tumpah saat aku tersadar bahwa kalian kini tiada. langkahku kini tak setegar dulu, hatiku kini tak sekuat dulu saat kita bersama. Hariku dipenui oleh kisah sejarah perjalanan yang pernah kita ukir bersama. Pahit manis kerasnya perjuangan, Pengorbanan dan dedikasi yang sudah sama-sama kita torehkan, di tambah moment-moment penting kebersamaan dan sejuta kisah lainnya yang pernah kita lalui dalam kebersamaan. Membuat air mata ini tak dapat dibendung.

Masih jelas dalam ingatan ini Bagaimana semangat kalian yang berkobar saat mengikuti kegiatan LBT, Menyelenggarakan PS2, Berkunjung ke Gontor. Kalian sudah ikhlas mengorbankan kepentingan diri kalian untuk suksesnya kegitan-kegiatan itu. Bagaimana haru-nya kalian saat dinyatakan Lulus mengikuti LBT, haru suksesnya Malam PS2, dan senyum cerianya berkunjung ke Gontor, Belum lagi ditambah Keikhlasan kalian untuk mengabdi 1,5 Tahun lamanya mengurusi anak-anak, mendedikasikan diri untuk Almamater. | dan bagaimana semangat tanggung jawab kalian di Mukhtamar, sampai akhirnya mendapat Nilai yang kita impikan bersama "Terbaik" satu capaian istimewa yang pernah kita ukir dalam sejarah perjalanan OPPAM dan KGP.

Terima kasih adik-adikku yang sudah menjadi anak-anak dambaanku, Terima Kasih sudah ikhlas dibina dan di didik, Maafkan kaka-mu ini yang belum mampuh memberikan yang terbaik dalam perjalanan pendidikan kalian. Maafkan jika kaka-mu ini sudah membentak, memarahi, dan memerintah kalian, belum lagi tamparan, cubitan yang pernah jatuh di pipi dan dada kalian. Aku lakukan itu semua karena aku sayang kalian. Aku hanya ingin kalian menjadi anak-anak yang berilmu, beramal dan berakhlak. tak lebih..!! Jika masih ada dari kalian yang belum baik, itu bukan karena kalian anak-anak yang tidak baik. | tapi Itu karena aku belum mampu mendidik kalian dengan baik.

Sejujurnya hati ini masih berat melepaskan kalian, tapi apa daya ruang dan waktu yang mengharuskan kita berpisah. Walau tak mungkin mengulang sejarah kebersamaan kita. Cukuplah itu menjadi kisah yang tak akan terlupakan dalam memori kita. Langkah kita sudah di catat oleh sejarah sebagai generasi MUJAHID

Selamat Jalan anak-anakku, adik-adikku Generasi ke-IX 
Selamat Berjuang de, Langkahmu masih panjang, Bahkan perpisahan inipun adalah awal dari langkah hidup yang sebenarnya.
Jaga diri, jaga iman, jaga nama baik agama, keluarga, dan almamater kalian. | Doa kami menyertai langkah kalian.
Semoga kalian disampaikan pada Puncak Kesuksesan.


Izinkan saya melihat kalian tumbuh berkembang menjadi anak-anak yang baik, yang sholeh-sholehah, Berprestasi, berbudi dan berbakti.
Bukti cinta kalian adalah dengan membuktikan kalian menjadi anak-anak harapan kami.   

Berjanjilah pada kami jika kalian akan menjaga amanah ini dengan baik.
Berjanjilah pada kami jika kalian akan membuktikan kesuksesan dan keberhasilan kalian kepada kami.
Berjanjilah pada kami jika kalian akan menjadi anak-anak yang baik, yang sholeh-sholehah, Berprestasi, berbudi dan berbakti.



Ku tulis note ini sebagai bentuk kerinduan ini pada kalian.| Sampaikan kepada yang lain agar rindu ini tersampaikan.
Maafku bagi yang belum tercatat dalam note ini, Namamu tak akan hilang dalam ingatanku.

Salam hangat dari Guru/Kakak/Sahabat Kalian
- Suhendar -

- Serang, Rabu 13 Mei 2015 -


Sahabat….
Hidup akan terus berlalu dan waktu akan terus berputar. Putaran waktu akan membawa kita pada kenyataan hidup yang tidak bisa dipungkiri. Realita kita hari ini adalah cerminan kita dimasa lalu. Begitu pun masa depan kita, akan banyak ditentukan oleh realita kita hari ini.

Maka, saat kita memutuskan untuk bermain-main hari ini, bersiaplah untuk dipermainkan oleh masa depan. Saat kita memutuskan untuk bermalas-malasan hari ini, bersiaplah untuk kerja keras di masa depan. Bermain boleh, tapi bukan untuk main-main. Tertawa boleh, tapi bukan untuk mentertawakan. Perbanyaklah bercermin pada diri sendiri, bukan menyandarkan diri pada orang lain. Sesibuk apapun kita dengan masa depan orang lain, masa depan kita, kita sendiri yang menentukan. Setialah pada proses, karena tidak ada yang terjadi tiba-tiba.

Proses memang butuh waktu, tapi sibuk dengan urusan orang lain juga memakan waktu. Saat kita sibuk dengan masa depan orang lain, ada banyak orang yang sedang sibuk dengan masa depannya. Jangan biarkan diri ini tumbuh dan dibesarkan dengan kesibukan mengurusi masa depan orang lain. Sedang orang lain sudah tumbuh dan dibesarkan dengan kesungguhan proses yang dilaluinya. Setialah pada proses membangun masa depan, semoga kelak Tuhan sampaikan kita pada tujuan akhir dari proses panjang yang kita lalui.

Saat banyak orang lain mengurusi masa depanmu, bersyukurlah!. Itu tanda mereka sangat peduli denganmu. Biarkan mereka mengurusimu sampai waktunya habis dilekang oleh waktu kebesaran masa depanmu. Setialah pada sebuah proses, karena itu pun bagian dari proses pembesar jiwamu. Jika Tuhan saja menguji seorang hamba yang mengaku beriman, kenapa kita tidak mau diuji oleh hamba-Nya untuk sampai pada proses yang diimpikan?. Ujian adalah barometer kekuatan kita melalui sebuah proses. Saat kita mampu melalui setiap ujian itu, keyakinan dan kesungguhan kita pada sebuah proses semakin kuat dan itu yang mempercepat realita hasil dari sebuah proses yang kita citakan.

Bersabarlah, setialah pada sebuah proses. Bukan pada hasil yang diinginkan. Percayailah bahwa tidak ada hasil yang menghianati proses. Demikian sudah menjadi qudratullah. Jika tidak mau melalui sebuah proses, jangan mimpi untuk mendapatkan hasil darinya.

Sahabat….
Kita adalah insan biasa yang tak luput dari dosa dan nista. Maka yakini bahwa tidak ada insan yang sempurna. Kita sepakat bahwa kesempurnaan adalah milik Tuhan yang Hak. Maka saat melihat ketidaksempurnaan orang lain, kita tidak punya kewajiban untuk mengadili ketidaksempurnaanya. Karena saat kita mengadili ketidaksempurnaan orang lain, Tuhan akan mengadili kesempurnaan yang kita yakini di masa yang akan datang. Bersyukurlah saat Tuhan memberimu banyak kelebihan, karena itu amanat-Nya untuk menyempurnakan hamba-Nya yang lain.

Selamat berproses sahabat
Semoga letih panjang perjuanganmu menjadi catatan Tuhan untuk menyampaikan pada masa depan yang direstui-Nya. Semoga besar peluh pengorbananmu menjadi pembesar amal pencapaian masa depanmu. Jangan nistai diri dengan men-judge hamba-Nya sedang kita hidup dengan ketidaksempurnaan diri.

Sahabatmu
Surabaya, 21 April 2016




Dewasa ini, perkembangan tekhnologi berkembang sangat pesat. Teknologi bak jamur di setiap sudut kehidupan manusia modern saat ini. Dengannya mempermudah akses ruang dan waktu, denganya mampu mendongkrak keterbatasan ruang gerak manusia. Ia lahir dan diciptakan untuk mempermudah segara urusan teknis manusia. Abad 21 kini pun tidak terlepas dari perkembangan teknologi, bahkan tidak dipungkiri bahwa bicara abad 21 adalah bicara soal teknologi. Yang menolaknya akan menjadi generasi tertinggal, yang mengikuti perkembanganya menjadi generasi modern. Ia (teknologi) merambah hampir pada semua jenjang usia. Ia hadir dan diakses oleh lintas generasi. Ia hadir dan diakses menerobos ruang dan waktu. ia hadir pula pada setiap sendi kehidupan ummat manusia. Pendidikan, sosial, ekonomi, budaya, negara bahkan sampai pada soal agama dan teknologi komunikasi itu sendiri.
Kecepatan pertumbuhannya telah membuat manusia terlena dengan kemudahan aksesnya. Ia telah mampu hadir pada setiap detik kehidupan penggunanya. Ia bahkan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Sehingga tak jarang dijumpai, banyak pengguna teknologi yang sadar atau tidak telah menjadi budak darinya. Ya, budak teknologi!. Ia bukan lagi dikendalikan oleh penggunanya, namun telah mampu mengendalikan penggunanya.
Gadget bagian kecil dari teknologi telah mampu merampas hampir sebagian waktu penggunanya. Games bagian kecil dari softgames teknologi telah mampu merampok waktu generasi muda ummat manusia. Juga medsos (media sosial) bagian dari jaringan teknologi telah mampu mengambil perhatian, waktu dari penggunanya. Teknologi yang sejatinya sebagai media yang dikendalikan untuk memfasilitasi keterbatasan ruang gerak manusia pun beralih fungsi menjadi lifestyle yang mengendalikan kehidupan ummat manusia. Kondisi ini pun telah mampu merubah wajah kehidupan manusia abad 21 yang lemban menjadi cepat dan yang susah menjadi mudah. Kemudahan aksesnya telah mampu menghadirkan prestige tersendiri pada penggunanya. Sehingga tertanam dalam benak manusia bahwa pengguna teknologi adalah manusia modern dan manusia anti teknologi adalah manusia premitif, terbelakang.
Namun demikian, menjadi budak teknologi pun bukan perkara yang benar. Menggunakan dan mengikuti perkembangan teknologi adalah sebuah kepatutan yang tidak bisa terlepas dari zaman abad 21 saat ini, tapi juga kita harus mampu menjadi tuan dari teknologi itu sendiri. Ia (teknologi) menjadi media yang kita gunakan bukan sebagai tuan yang mendalikan kehidupan kita. kita harus mampu mengembalikan fungsi dari teknologi sebagai media, bukan tuan dari aktifitas-aktifitas kita. Dengan dalih apapun, saat kita masih dikendalikan oleh teknologi, kita masih menjadi budak darinya. Menjadi budak darinya adalah menghabiskan ruang dan waktu kita untuknya dengan meninggalkan segudang aktifitas baik kita. Menjadi budak darinya juga adalah saat kita tidak mampu menggunakan teknologi untuk kebaikan dan kebermanfaatan ummat manusia lainnya. Ia (teknologi) lebih dijadikan sebagai media pamor dan citra diri dari pada penebar manfaat itu sendiri. Kondisi inilah yang kemudian menjadikan banyak waktu yang tidak produktif. Kemudahan teknologi bukan akhirnya membuat dan memberi banyak manfaat sebagai fungsi awalnya, namun banyak memberi midorot akibat dari ketidak mampuan diri mengendalikan teknologi dan memilih untuk menjadi tuan darinya.

Sebaliknya, menjadi tuan teknologi adalah ia yang mampu mengendalikan keberadaanya (teknologi). Ia tau kapan harus menggunakan teknologinya dan tau kapan harus mengakhiri menggunakannya untuk aktifitas lain yang lebih bermanfaat. Menjadi tuan teknologi juga adalah ia yang mampu menggunakan teknologi untuk menciptakan dan memberibanyak manfaat bagi sesamanya. Ia mampu mengembalikan fungsi awal dari adanya teknologi yaitu mempermudah ruang gerak manusia. Para tuan teknologi adalah mereka yang bijak dalam menggunakan teknologi. Bagaimana menjadi tuan yang baik bagi teknologi modern dewasa ini? (1) batasi penggunaan teknologi untuk kegiatan yang tidak bermanfaat, (2) gunakan teknologi pada freetime, bukan pada waktu-waktu produktif (kerja, belajar dan ibadah) waktu-waktu produktif harus tetap menjadi hal yang utama dari penggunaan teknologi itu sendiri, (3) manfaatkan ia untuk menebar kebaikan pada sesama. 


“……Banyak orang beragama, tapi tidak mengenal Tuhannya.”

Pernakah pada satu waktu kita merasakan kesempitan hidup?, pernakah kita suatu saat mendapatkan ujian atau bahkan cobaan dalam hidup?, hal, peristiwa atau kejadian-kejadian yang membuat diri ini lemah, putus asa bahkan menyalahkan Tuhan seolah Tuhan tak adil dan sebagainya?. Jika pernah, bersyukurlah! Ya bersyukurlah, itu adalah bagian dari cara Tuhan mengenalkan diri-Nya. Ada banyak cara Tuhan mengenalkan dzat-Nya pada makhluk ciptaan-Nya. Alam semesta, bumi, langit, gunung, laut, hewan, tumbuhan dan seluruh isi dunia bahkan peristiwa hidup ummat manusia ini adalah beberapa dari sekian banyak cara Tuhan mengenalkan diri-Nya pada makhluknya. Hanya saja, sering kita tak mengenal atau bahkan tidak mau mengenalinya. Maka bersyukurlah saat hidup terasa sempit, beban hidup terasa berat, bisa jadi itu bagian dari cara Tuhan mengenalkan dirinya pada diri kita. Tuhan terlalu sayang pada kita ketika hidup mulai jauh dari-Nya. Sambutlah Ia sebagaimana kita menyambut kehadiran orang-orang penting dalam hidup kita, karena tidak ada ujian hidup manusia yang melebihi kapasitasnya, demikian Tuhan sudah banyak menyampaikan dalam kalam-Nya. Tuhan hanya ingin kita mengenali-Nya sebagai Tuhan. Hidup menghamba hanya pada-Nya. Tidak ada Tuhan selain Dia pemilik hidup dan kehidupan ini, dzat yang memiliki kuasa atas segala pristiwa dunia ini, Rabb pemberi rizki setiap ummat. Bersyukurlah!, karena bisa jadi kita baru mengenal Tuhan saat hidup mulai sempit, saat beban hidup menjadi berat, dan saat tak ada lagi tempat menggantungkan hidup.
Tidakkah sering kita mendengar atau bahkan mengalami peristiwa hidup ini yang diluar nalar dan kemampuan kita sebagai manusia. Hal yang sepertinya tidak mungkin yang pada akhirnya terjadi, hal yang sepertinya berat, pada akhirnya menjadi ringan. Anak yang tidak memiliki ayah dan hidup hanya dengan seorang ibu dan hidup dibawah garis kemiskinan bukan lagi menjadi mustahil mendapatkan pendidikan sampai pada perguruan tinggi jika Allah sudah berkehendak. Seorang anak yang hidup sebagai tuna netra bukan lagi menjadi mustahil menjadi para hafidz qur’an. Ada banyak cara Tuhan hadir dihati setiap mu’min, mengenalkan diri-Nya, dan mengenalkan dzat-Nya. Sambut Ia, peluk ia dengan dekapan iman yang kita miliki. Semoga kita menjadi bagian dari hamba-Nya yang beriman, menjadi hamba yang mengenal hakikat Tuhan-nya. Amiin.
***
Kesibukan duniawi telah memaksa kita untuk hidup sangat sibuk dengan berbagai aktifitasnya, bahkan kesibukan itu telah membuat kita tidak punya waktu untuk membaca diri, merefleksikan pada diri sendiri, apakah diri kita sudah mengenal, dan merasakan hakikat keberadaan Tuhan dalam hidup kita, karena ada banyak orang yang beragama, namun ia tidak mengenal Tuhannya. Adakah hal itu terjadi pada diri kita?, hidup beragama namun gersang dari nilai-nilai ajarannya, hidup beragama namun sedikit waktu bersama dengan Tuhan, dan hidup beragama namun tidak patuh pada perintah dan larangan Tuhannya. Jika hal itu terjadi, saya mengajak pada saudara untuk berpikir dan memikirkan hidup ini, adakah hidup ini yang tercipta, terjadi tanpa kuasa-Nya?, adakah pertolongan selain pertolongan-Nya?, adakah rizki yang kita nikmati selain rizki-Nya?, lantas kemudian kenapa diri ini enggan menjalankan nilai-nilai ajaran-Nya, tak punya banyak waktu dengan-Nya, bahkan sampai berani membangkang pada-Nya.
Kesibukan dunia telah membawa kita pada kegersangan hidup beragama, kesibukan dunia telah melalaikan kita punya Tuhan, kesibukan dunia telah menghantarkan kita menjadi ummat yang membangkang. Seperangkat indra yang Tuhan titipkan pun seolah tak berguna. Akal, pikiran, juga hati yang Tuhan berikan seolah tak berfungsi. Bagaimana tidak, semua fasilitas hidup yang sudah Tuhan berikan pun tidak menjadikan kita kemudian menjadi hamba terbaik-Nya. Apakah hati ini sudah “berkarat” sehingga tak mampu menerima nuur-Nya?, apakah pikiran ini sudah tertutup sehingga tidak lagi bisa menerima kebenaran?, apakah naluri ini sudah sirna sehingga menabrak semua cara kebathilan?. Sejauh itukah kondisi kita saat ini sehingga gersang sekali nampaknya hidup beragama. Susah menerima kebenaran dan enggan menjalankan kewajibannya. Ruh ibadah hilang, pengabdian pada Tuhan menjadi ceremonial yang tidak menyentuh dasar hati. Jika demikian adanya, hendak dibawa kemana kehidupan ini. Bukankah muara kehidupan ini adalah akhirat?.
Serangkain pertanyaan di atas mungkin saja mudah dijawab dengan lisan. Namun tidak dengan hati yang bersih. Hati yang bersih akan menangisi keadaan demikian, karena ia sudah tidak mengenal lagi Tuhannya. Hati yang jernih akan memilih untuk kembali pada-Nya, mengenal dzat-dzat keberadaan-Nya dan hidup berdamai dengan-Nya. Sebagaimana judul bab ini di atas, banyak cara Tuhan mengenalkan diri-Nya pada hamba. Cara Tuhan mengenalkan diri tidaklah seperti manusia sebagai makhluk-Nya. Keberadaan alam raya dan seisinya dan segenap ketentuan-ketentuan-Nya adalah bagian dari cara Tuhan mengenalkan diri-Nya. Lebih dari itu, Tuhan itu dekat dengan hamba-Nya.
Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang-orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah-Ku) dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran (Qs. Al-Baqoroh: 186)
Dan sungguh, kami telah menciptakan manusia dan mengetahui yang dibisikan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya (Qs. Qaf: 16)
Dua ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa Tuhan (Allah) dekat dengan hamba-Nya. Maka jika diri ini tidak mampu mengenalinya, bisa jadi diri ini yang terlalu kotor, jauh dari-Nya sehingga kita tidak mampu mengenalinya sebagai Tuhan. Berat menjalankan ibadah dan ringan melakukan maksiat adalah bukti kita tidak mengenali Allah sebagai Tuhan. Sebab yang demikian, bisa jadi karena telinga , hati dan mata kita telah dikunci oleh Allah SWT (Qs.Al-Baqoroh:18). Sehingga kita tidak mampu merasakan keberadaan dan kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Akibat dari tidak beriman kepada-Nya lah yang membuat hidup kita terombang-ambing dalam kesesatan (Qs. Al-Baqoroh:13-15). Wallahu a’lam.


“Kita tidak bisa memaksa waktu untuk berjalan lambat | yang harus kita lakukan adalah mempercepat laju pertumbuhan diri ”
***
Sedari dulu waktu sudah berlangsung seperti saat ini, bahkan saat kita tiada pun dulu, waktu sudah ada. Waktu diciptakan Tuhan beringingan dengan penciptaan alam raya ini, dunia dan seisinya. Waktu memiliki banyak sejarah ummat manusia dan dunia ini. Waktu juga mencatat banyak peristiwa dalam kehidupan ummat beragama. Waktu yang berlalu akan menjadi sejarah yang tak bisa diulang, waktu yang berlangsung adalah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri, dan waktu yang akan datang menjadi sebuah harapan. Waktu menjadi sangat penting bagi keberlangsungan ummat manusia di dunia. Manusia pun hidup diciptakan beriringan dengan waktunya, maka saat waktunya berakhir, hidupnya pun akan berakhir. Begitu sangat pentingnya waktu bagi ummat manusia, Tuhan banyak menyebut dalam kalam-Nya. Demi Masa, Demi Waktu Duha, Demi Waktu Fajar, Demi waktu Malam. Dari waktu yang Tuhan ciptakan semuanya tersebut dalam kalam-Nya.
Kenapa demikian pentingnya Tuhan menyebut waktu-waktu-Nya dalam Al-Qur’an?, adalah menjadi sebuah perenungan bagi kita sebagai hamba-Nya. Tentu ada maksud dan tujuan yang Tuhan siratkan dalam kalam-Nya sebagai warning bagi manusia untuk hidup berdamai dengan waktu. Mempergunakannya dengan amalan baik, dan melaluinya dengan “sejarah”. Waktu akan terus berjalan sesuai dengan ketetapan dan ketentuannya. Kita tidak bisa memaksanya untuk maju atau mundur, apalagi memintanya untuk berhenti. Hal yang harus kita lakukan adalah dengan mempercepat laju pertumbuhan diri kita. Jika kita tidak mampu mengiringi proses perjalanannya, maka kita pun akan tertinggal oleh kecepatan lajunya. Begitupun dengan amalan/aktifitas, jika kita tidak melaluinya dengan amalan baik, maka akan terisi dengan amalan yang tidak baik. Bukankah waktu hanya mencatat orang-orang “hebat” yang bisa berdamai hidup denganya?, bukankah pula waktu yang menuliskan orang-orang “biasa” yang tidak bisa berdamai hidup denganya?. Akan selalu ada dua pilihan dalam berdamai dengannya; (1) sekarang atau nanti, (2) baik atau buruk. Artinya, saat kita memilih untuk melakukan, berbuat, dan bertindak sekarang, kita memilih untuk berjalan beriringan dengannya, begitu sebaliknya. Juga saat kita memutuskan untuk melakukan, berbuat, dan bertindak baik, kita memilih untuk mengisinya dengan kebaikan, begitu sebaliknya.
Namun demikian, juga akan selalu menjadi pasangan yang selalu berdampingan antara; (1) sekarang-baik, (2) sekarang-buruk, (3) nanti-baik dan (4) nanti-buruk. Tugas kita adalah menyelaraskan semua aktifitas, amalan kita dengan waktu yang kita miliki, dengan waktu dan pasangan baiknya. Jika kita menilik kehidupan orang-orang besar yang hebat dan penuh karya, sebagian besar mereka menggunakan waktunya dengan pola “sekarang-baik”. Sehingga dia selalu hidup beriringan dengan kebaikan waktunya. Begitu sebaliknya, mereka yang hidup “biasa” karena waktunya selalu dipasangkan dengan “sekarang-buruk”. Sehingga dia selalu hidup beriringan dengan keburukan waktunya, dan mereka adalah yang waktunya habis dengan amalan buruknya, waktunya habis tanpa karya, dan waktunya habis dengan sia-sia. Inilah yang menjadi catatan penting yang kemudian kenapa Tuhan banyak menyebut dalam kalam-Nya, agar kita hidup penuh makna. Menggunakan dan melalui waktu-Nya dengan penuh karya.
Mereka yang tidak mengikuti proses perjalanan waktu dengan kebaikannya, maka ia akan tergilas, tertinggal dengan sendirinya. Dan mereka yang mengikuti proses perjalanan waktu dengan kebaikannya, maka ia akan dicatat oleh waktu menjadi sebuah sejarah. Itulah kemudian kenapa sejarah hanya mencatat sebagian kecil ummat manusia di dunia ini. Waktu menjadi moment yang sangat berharga yang diberikan satu-satunya dalam kehidupan ummat manusia oleh Tuhan. Saat kita mengabaikannya sama dengan kita merelakan moment berharga itu berlalu begitu saja.
Hal yang menjadi penting dalam waktu adalah bagaimana mengelolanya. Jika ia tidak terkelola dengan baik, maka bukan tidak mungkin akan rusak. Dalam mengelola waktu, Tuhan sudah banyak mengajarka ummat manusia dalam banyak ayat-Nya. Waktu fajar, agar kita mengawali waktu dengan sujud di hadapan-Nya. Waktu duha, tempat kita mengadu rizki-Nya. Waktu malam, agar kita sujud merendahkan dan menumpahkan peluh aktifitas kita, dan Demi Masa, Allah me-warning kita untuk selalu dalam koridor iman dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran. Dalam kontek ini, Tuhan mengingatkan agar kita agar aktifitas waktu kita produktif sepanjang masa. Dalam kontek ini pulalah Tuhan ingin menyampaikan bahwa produktifitas waktu kita ada pada ibadah kepada-Nya. Saat kita patuh, disiplin dan mengutamakan waktunya untuk ibadah kepada-Nya, maka urusan dunia kita akan Allah mudahkan dengan waktu-Nya.
Sudah sebuah kepastian, bahwa waktu akan terus berjalan, tidak peduli kita mengikutinya atau tidak. Waktu akan terus berlalu, tidak peduli kita tumbuh dengan kebaikan atau tidak. Waktu akan terus berjalan sampai pada masa ia harus berhenti dan mengakhiri semuanya. Dari hal inilah yang kemudian harus menjadi perenungan diri ini. Sejauh mana kita berdamai dengan waktu?. Jika saat ini kehidupan kita masih “biasa”, bisa jadi karena kita selalu mengisinya dengan rutinitas yang “biasa”, begitu sebaliknya. Hari ini adalah jawaban atas masa lalu kita, dan jawaban masa depan kita ada pada hari ini. Demikian konsep waktu, ia akan “kejam” bagi yang melalaikanya, sebaliknya, ia akan “baik” bagi yang berdamai dengannya.
Semoga kita senantiasa mampu mengemban waktu sebagai amanat yang Tuhan titipkan. Senantiasa produktif dan melaluinya dengan amalan yang bermakna. Wallahu ‘alam. 

Ada beberapa alasan sehingga akhirnya saya menulis artikel ini. Tulisan ini di latar belakangi oleh “diskusi online” yang dilakukan oleh beberapa teman-teman alumni Pondok Pesantren Al-Mubarok yang tergabung dalam “IKBAL” (Ikatan Keluarga Besar Alumni Al-Mubarok). Pada diskusi itu, saya memilih untuk menjadi silent reader dan tidak memberikan beberapa pandangan saya terhadap topik diskusi yang dibicarakan. Secara garis besar topik diskusi itu membicarakan soal pembentukan kantor sekretariat IKBAL di lingkungan pesantren yang nantinya akan dijadikan basis pergerakan dan pengabdian alumni pada Pesantren. Banyak tanggapan positif terhadap gagasan tersebut agar dapat direalisasikan, dengan harapan kiprah alumni bisa semakin besar terhadap almamater.
Terlepas dari perbincangan sekret alumni di atas, saya coba ingin memberikan pandangan saya soal bagaimana alumni mengabdi pada almamaternya. Bicara soal pengabdian alumni pada almamaternya, tidak terlepas dari peran serta dan konstribusi alumni tersebut pada almamater. Bagaimana alumni bisa memberikan aksi nyatanya terhadap kemajuan almamater. Sedang disisi lain, alumni adalah orang-orang yang sudah memiliki banyak kesibukan dari kesibukannya memikirkan alamamater. Dari kesibukannya itu mengakibatkan fokus pada pengabdian diri ke almamaternya hilang. Tak jarang kita jumpai organisasi-organisasi alumni yang akhirnya jalan di tempat, tidak memberikan andil. Organisasi alumni butuh orang-orang yang serius dan fokus dalam mengelolanya. Dalam hal ini, pengelola organisasi alumni harus mampu menyeimbangkan kedua permasalah tersebut. Artinya, bagaimana pengurus organisasi alumni tersebut mampu menggerakan peran serta alumni terhadap perkembangan almamater di tengah kesibukan para alumni dan pengurus organisainya. Tentu ini bukan perkara sepele semudah mengembalikan telapak tangan, mengingat segudang kesibukan-kesibukan itu. Namun demikian, juga bukan hal yang mustahil akan terjadi pergerakan alumni yang signifikan terhadap almamaternya.
IKBAL sebagai wadah organisasi alumni Pondok Pesantren Al-Mubarok pun di tuntut mampu menjawab tantangan-tangan tersebut. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai wujud pengabdian dan dedikasi alumni terhadap perkembangan pesantren, yang kemudian menjadi sebuah momentum yang saya sebut “REVOLUSI ALUMNI”. Pertama, rumuskan kembali organisasi alumni (IKBAL) secara komprehensif dengan visi, misi, tujuan serta rencana strategis IKBAL beberapa tahun kedepan. Untuk merumuskan ini semua tentu bukanlah pekerjaan yang mudah, butuh fokus yang lebih serius dengan melibatkan semua stakeholder yang ada. Kenapa demikian saya anggap penting, karena organisasi ini sudah kehilangan kendali dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Ketua IKBAL harus menggandeng semua ketua angkatan untuk samakan persepsi, pandangan serta gerakan-gerakan yang akan dilakukan, melibatkan pimpinan dan atau pengurus pesantren untuk menyelaraskan program dengan visi pesantren. Sehingga dengan demikian alumni dan pesantren berjalan beriringan menuju sebuah visi besar perubah Pesantren dan eksistensi alumninya. Organisasi yang tidak memiliki landasan pijak yang kuat akan mudah goyah dalam implementasi programnya, terlebih organisasi alumni yang merupakan organisasi non profit dengan kesibukan para anggota dan pengurusnya, akan mudah hilang kendali yang mengakibatkan organisasi itu pun stagnan, tanpa gerakan. Jika dibuatkan skemanya, maka bagan organisasi nampak seperti gambar berikut ini:

Kedua, setelah semua dasar pijak organisasi terpenuh pada tatanan level atas, barulah diturunkan pada pimpinan tingkat tengah (koordinator bagian/program) yang akan menjalankan, monitoring dan mengevaluasi program. Level paling bawah (anggota organisasi/anggota alumni) adalah sebagai pasukan yang akan mengeksekusi semua kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan level atas dan menengah. Untuk menjalin koordinasi antar pengurus dan anggota, perlulah dibentuk sebuah official site (web,blog,wordpress, dan sejenisnya) yang dikelolah oleh IKBAL, jika ada web dan medsos yang saat ini berkembang hendaknya di hapus dan diintegrasikan pada official site tersebut. Official site nantinya digunakan sebagai pusat informasi umum seputar perkebangan pesantren dan kiprah alumni di masyarakat, sekaligus sebagai media dakwah alumni kepada masyarakat luas. Tidak cukup sampai disitu, koordinasi dan informasi akan lebih cepat dengan membentuk group-group medsos yang paling banyak digunakan oleh alumni baik WhatsApp, BBM, dan Line (pilih salah satu). Group-group itu terdiri dari group angkatan, group pengurus dan koordinator. Lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini:


Ketiga, buatlah program-program yang menyentuh “akar rumput”. Artinya program-program yang dibuat hendaknya memberikan impact pada Pesantren dan masyarakat luas. Bukan program yang bersifat intern di tubuh IKBAL itu sendiri. Sehingga dengan demikian eksistensi alumni dapat terlihat dan dirasakan langsung baik oleh Pesantren sebagai almamaternya maupun masyarakat umum sebagai tempat pengabdiannya.
Bicara soal kantor sekretariat IKBAL yang nantinya akan digunakan sebagai basis pergerakan dan pengabdian alumni, saya tentu sangat menyambut baik gagasan itu. Karena bagaimanapun harus ada wadah “offline” yang dapat alumni gunakan untuk tempat curah pendapat, gagasanlllll serta ide-ide besar yang akan dilakukan. Namun demikian, ada beberapa yang harus dipertimbangkan sebelum kita jauh melakukan konsolidasi pembuatan sekret tersebut. Pertama, hendaknya kantor sekret dibangun atas swadaya dan konstribusi para alumni, bukan menggantungkan beban lagi pada pihak Pesantren. Kenapa demikian, pesantren tentu sudah memiliki beban yang jauh lebih besar dari hanya mengurus soal sekret alumni. Keberlangsungan program pembangunan pesantren untuk pendidikan santri pun juga harus menjadi hal yang perlu kita pikirkan. Selain itu semua, sepertinya kita (IKBAL) harus berpikir ulang jika harus membebankan pembangungan sekret kepada pesantren, mengingat kiprah IKBAL sendiri pun belum terlihat untuk pesantren. IKBAL sendiri pun belum memberikan dampak positif pada perkembangan pesantren. Selama ini program-program yang IKBAL lakukan baru sebatas kepentingan IKBAL itu sendiri, belum mengarah pada kemajuan pesantren. Sepertinya kita harus malu jika kita harus menggantungkan ide ini kepada pesantren, yang justru harusnya memberikan program-program yang menunjukan eksistensi IKBAL itu sendiri. Alangkah lebih baiknya jika kita berbenah terlebih dahulu di intern IKBAL itu sendiri, membenahi tubuh organisasi yang selama ini kehilangan kendali, memberikan program-program yang bermanfaat bagi kemajuan pesantren dan masyarakat. Sehingga kalau pun harus meminta kepada Pesantren, sudah aksi nyata yang IKBAL lakukan untuk kebaikan Pesantren. Namun jika pun tidak, IKBAL dapat membedayakan potensi alumni untuk membangun sebuah sekret. Andai saja seluruh alumni memiliki andil pada IKBAL dalam upaya membangun sekret ini, maka ide besar itu pun bukan mustahil dapat terwujud. Langkah sederhanya, jika alumni memberikan donasinya Rp.50.000 ribu saja untuk membangun/menyewa sekret ini dengan estimasi alumni sebanyak 700 (hitungan kasar, jika per angkatan berjumlah 70x10 angkatan =700), maka akan dihasilkan dana sebesar Rp.35.000.000.  
Dana tersebut tentulah sangat cukup untuk sekedar menyewa sebuah bangunan satu tahun yang nantinya akan digunakan sebagai sekret ikbal dan bahkan mungkin lebih dari cukup. Dana itu pun kemudian di kelola untuk kegiatan-kegiatan IKBAL lainnya. Ini semua tentulah membutuhkan sebuah komitment besar oleh seluruh alumni. Saya menyambut baik dengan ide-ide besar alumni yang ingin memberikan konstribusi kepada almamater, namun saya juga mengajak kepada seluruh alumni untuk menyamakan persepsi, menyatukan komitment bersama. Karena untuk mewujudkan itu semua tidak akan mampu terealisasi jika masih dalam alam ide. Butuh aksi nyata yang kongkrit dari para alumni untuk mewujudkan semuanya.
Sudah seharusnya alumni bangun dari tidur panjangnya, memberikan konstribusi dan aksi nyata pada Pesantren dan masyarakat luas sebagai wujud pengabdian, dedikasi, dan eksistensi IKBAL. Bukan sebuah mimpi akan terjadi revolusi besar, saat mimpi itu dibangun dengan kerja keras, komitment, dan kesungguhan. Apalagi IKBAL berisikan para pemuda yang memiliki kompetensi, skill, serta tallent-tallent yang mumpuni, yang sudah banyak berkiprah di masyarakat baik dalam dunia akademisi (dosen, guru, ustad), dunia industri (karyawan, pengusaha), maupun instansi pemerintah/swasta lainnya (perawat, DPR, pegawai swasta, PNS). Bisa dibayangkan jika mereka semua bersatu, menyamakan persepsi dan memadukan aksinya untuk kebaikan Pesantren dan ummat, maka terjadilah sebuah revolusi besar alumni dalam kiprahnya membangun peradaban ummat.
Demikian pandangan saya terhadapa diskusi online yang dilakukan oleh rekan-rekan IKBAL di medsos beberapa waktu yang lalu. Jika ada hal-hal yang didiskusikan kembali dengan senang hati saya menyambut itu. Teman-teman bisa hubungi saya di : Hp. 087780810358 | WhatsApp. 087780810358 | BBM. 577D8D02 |Facebook. Akhi Suhe.




Author Name

{picture#https://photos.google.com/photo/AF1QipPhwXqnQPZt7roDvDRN1IYTUDAUIbcEWi69thWv} Selamat Datang dan Selamat Membaca di Suhe's Blog. Blog ini saya buat sebagai tempat belajar dan berbagi. Karena kewajiban seorang muslim adalah untuk terus belajar, dan seorang muslim terbaik adalah yang bermanfaat bagi sesamanya. Semoga memberi manfaat :) {facebook#https://www.facebook.com/akhi.suhe} {twitter#https://twitter.com/suhe_20} {google#https://plus.google.com/u/0/115152556635352635251}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.